Selasa, 04 Juni 2013

Privasi Vs Persahabatan (PVP)

Di dunia ini banyak sekali cara orang memandang suatu hal dalam kehidupan. Prespektif seseorang biasanya bergantung pada bagaimana pola pikirnya, prinsip hidupnya dan latar belakangnya. Subjektifitas dalam setiap pendapat seseorang merupakan sesuatu yang wajar dan sesuatu yang semestinya dimaklumi. Begitu juga dengan tulisan ini. Jadi kali ini, aku ingin menyampaikan perspektifku tentang Privasi dan Persahabatan. Mungkin, bagi sebagian orang privasi dan persahabatan bukan merupakan dua hal yang bertolak belakang. Namun aku yakin, ada juga dari kamu yang mempunyai pendapat sama denganku. Kali ini aku mulai dari "privasi". Menurut literatur yang ada "Privasi" merupakan konsep abstrak yang mengandung banyak makna. Dalam penggambaran polpulernya "privasi" bisa dikatakan sebagai suatu hak individu atau kelompok untuk memutuskan sejauh mana dia membuka diri terhadap lingkungan. Secara singkat, bisa dikatakan privasi itu hak seseorang buat nggak diganggu. Sedangkan disisi lain, Persahabatan yaitu suatu hubungan mutualisme satu individu dengan individu lain atas dasar kepercayaan satu sama lain dan menjunjung transparansi di dalamnya. Ketika membaca sebuah literatur yang ada, aku hanya tersenyum simpul. Terbesit sebuah pertanyaan di benak ini, "Ketika sebuah persahabatan mulai dipertanyakan, apakah privasi menjadi salah satu penyebabnya?". Ini menunjukkan adanya hubungan kausalitas antar keduanya. Who knows??,......Let's check this out

Ada sebuah cerita dari 4 orang sahabat, mereka yaitu Sinta, Cita, Dira, Dita. Empat orang cewek yang dipertemukan dalam sebuah kampus. Mereka itu mahasiswi yang punya sifat yang berbeda - beda namun mereka punya hobi yang sama. Sinta, Cita, Dira dan Dita menjadi sahabat sejak menginjak semester kedua. Mereka terlihat saling bersama kemanapun. Mereka sering hang out bareng, nongkrong bareng, bikin tugas bareng, makan bareng sampai skripsi pun bareng (ini nyata?,...ya, walaupun kata "skripsi pun bareng" sulit dipercaya, haha). Di semester ketiga terlihat Sinta dan Cita lebih sering hang out berdua dan makan berdua. Ini karena Dita dan Dira punya kesibukan yang lebih dibanding Sinta dan Cita yang lebih cenderung santai dalam perkuliahan. Sinta pun menjadi lebih dekat dengan Cita dibandingkan Dira dan Dita, begitu pun Cita. Walaupun begitu mereka berempat masih sering berbagi cerita suka duka bersama, main bareng, juga hang out bareng. Waktu pun terus berjalan, di semester empat, Dira di bribik oleh salah seorang cowok sekelasnya, namanya Ivan. Ivan mencoba mengambil hati Dira dengan mendekati teman - temannya dan tak heran jika akhirnya Sinta, Cita dan Dita juga dekat dengan Ivan, terkecuali Dira yang memang berniat menjaga jarak dengan Ivan. Hal itu dia lakukan karena Dira sama sekali tak pernah menaruh hati pada Ivan. Mereka berlima sering hang out bareng, makan bareng, dan karaokean bareng. Walaupun Ivan tahu bahwa Dira tak menaruh hati padanya, dia tetap mencoba dan bertahan di sisi Dira dengan Sinta, Cita dan Dita yang masih berusaha mendukungnya. Sepertinya ketangguhannya mendapatkan hati Dira patut diacungi jempol, karena dia bertahan sampai di semester lima. Enam bulan lebih Sinta, Cita, Dira, Dita dan Ivan banyak membuat cerita. Mereka menyebut ceritanya sebagai "persahabatan". Sinta, Cita, Dira dan Dita yang sejak awal sudah saling terbuka tentang privasi mereka, lambat laun mereka mulai terbuka terhadap Ivan. Ivan tak lagi dipandang sebagai orang asing bagi mereka, terutama Dita. Dita menjadi salah seorang diantara mereka yang sering curhat dengan Ivan. Bagi Dita, Ivan sudah seperti "sampah" hati. Dia merasa nyaman ketika dia mengeluarkan semua unek - unek nya pada Ivan. Begitu pun Ivan, dia juga terkadang mencurahkan isi hatinya pada Dita. Apa yang diceritakan Ivan pada Dita belum tentu dia ceritakan juga pada Sinta, Cita, maupun Dira, begitu pun dengan Dita. Waktu pun berjalan seiring dengan perasaan Dita pada Ivan. Namun, Dita sadar betul bagaimana posisi dia. Dia memilih membunuh perasaan sukanya pada Ivan daripada harus menodai persahabatan mereka. Dia memangkas habis setiap perasaan yang selalu tumbuh ketika Dia beradu mata dengan Ivan. Itu menjadi Privasi Dita yang tak akan pernah dia ceritakan pada sahabat - sahabatnya. Hari - hari pun berlalu, hingga mungkin perasaan capek pun menghinggapi Ivan, karena hati Dira tak kunjung didapatkannya. Akhirnya Dia memutuskan berpindah ke lain hati. Namun, hati itu bukan milik Dita, bukan juga milik Sinta dan Cita. Dia memperkenalkan sosok seseorang yang lain di mata Sinta, Dita, Cita dan Dira. "Seseorang yang sama sekali tak pernah terbayang di benakku akan menjadi sosok penting bagi sohib kita", kata Dita ke sahabat - sahabatnya. Ternyata, mereka juga memiliki pemikiran yang sama dengan Dita. Tak pernah ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi di depan. Semuanya abstrak dan kabur sebelum tiba waktunya. Kalau kata para pujangga "Semua indah pada waktunya". Roda kehidupan pun terus berputar, hari demi hari terlalui, berjalan jauh meninggalkan kenangan - kenangan konyol yang dibuat oleh Sinta, Dita, Cita, Dira dan Ivan. Lembaran baru di semester enam pun terbuka, Mereka mulai sibuk dengan perkuliahan masing - masing. Sinta dan Cita masih sedekat dulu. Tak beda dengan Dira dan Dita, mereka berdua juga semakin dekat. Lalu bagaimana dengan Ivan?,.....Hm,...berat buat mengungkapkan semua ini, namun Ivan, bukan lagi bagian dari Sinta, Dita, Cita, dan Dira. Sekarang Ivan sudah punya kehidupan sendiri diluar sana. Dia sama sekali tak pernah mau menghubungi mereka. Entah apa alasan Ivan meninggalkan mereka, tak ada satu pun yang tahu. Ivan yang dulu tertawa bersama mereka. Ivan yang dulu selalu terlibat dalam kerempongan empat cewek itu tiap kali ada surprised birthday party. Ivan yang dulu sering karaokean bareng mereka. Ivan yang dulu jadi temen ngegalau mereka. Ivan yang dulu jadi temen makan bareng, temen hang out bareng, temen main bareng. Dia nggak akan pernah kembali pada mereka. Tak akan pernah kenangan lama mereka terulang kembali. Walaupun Ivan selalu ada di sejauh mata mereka memandang. Ada privasi yang menjadikan jurang pemisah Ivan dan mereka. Privasi Ivan yang tak akan pernah seorang pun dari mereka ketahui, kecuali Ivan sendiri yang membukanya. 

Bagaimana sekarang perspektif para pembaca terhadap Privasi Vs Persahabatan?.......Masihkah transparansi dalam persahabatan ada jika setiap anggotanya punya privasi?!,......Secara subjektif, aku sendiri merasa privasi terkadang mengganggu persahabatan. Namun tak bisa dipungkiri, aku juga punya privasiku sendiri karena "terkadang tak semuanya perlu diceritakan". Ini perspektifku, apa perspektifmu??...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar